Anakmu Bukan Milikmu karya Taufiq Ismail
Anakmu Bukan Milikmu karya W.S. Rendra
Anakmu Bukan Milikmu karya Chairil Anwar
Tags: Report an issue. Quizzes you may like . 15 Qs . Logika Matematika . 18.2k plays . 18 Qs . Kuasa Dua, Punca Kuasa Dua, Kuasa Tiga & Punca Gibran Khalil Gibran, who became known as Kahlil Gibran, was born in the far north of Lebanon on 6 January 1883. The village of his birth, Bisharri, is perched on a small plateau at the edge of one of the cliffs of Wadi Qadisha, known as the sacred valley. Towering above is Mount Lebanon. Khalil Gibran, the poet's father, whose name the child Puisi Tentang Anak Kahlil Gibran berjudul Anakmu Bukan Milikmu ini banyak digunakan dalam pemadatan materi parenting education paud. Quote tokoh tentang pendidikan Pendidikan bukan persiapan untuk hidup. Langsung saja yuk dicek kata-kata Kahlil Gibran tentang kehidupan. For life goes not backward nor tarries with yesterday. Kahlil Gibran, the poet-philosopher-artist, has captivated generations of readers with his musings on life, love, freedom, family, death and nature. This month, Gibran is being celebrated as his By Kahlil Gibran. Three days after I was born, as I lay in my silken cradle, gazing. with astonished dismay on the new world round about me, my mother. spoke to the wet-nurse, saying, “How does my child?”. And the wet-nurse answered, “He does well, Madame, I have fed him. three times; and never before have I seen a babe so young yet so. Kahlil Gibran dalam puisinya “Anakmu Bukan Milikmu” memiliki kata-kata menyentuh batin, merangsang jiwa dan hati untuk berpikir logis menghadapi masa depan anak-anak bahwa jangan pernah mengabaikan Tuhan dalam proses pendidikan anak dan kesadaran bahwa mereka adalah milik Tuhan. Anakmu bukanlah milikmu, mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, KutipanKhalilGibran. Kecantikan bukan berada pada raut wajah, dia terpancar bagai serunai sinar dari dalam hati. –Kahlil Gibran. Anakmu bukanlah milikmu, mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Sayangilah satu sama lain, tetapi jangan membuatnya sebagai ikatan kasih. Ilustrasi dari karya Kahlil Gibran berjudul "Anakmu bukanlah milikmu" . Anakmu bukanlah milikmu. Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada di Kahlil Gibran, self-portrait. Two and a half millennia after Lao Tzu, and a century before Le Guin and Berry, Kahlil Gibran (January 6, 1883–April 10, 1931) — another philosopher-poet of the highest order and most timeless hold — addressed the relationship between silence, solitude, and self-knowledge in a portion of his 1923 classic The Nosc. — Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra putri sang Hidup. Yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu. Berikanlah mereka kasih sayangmu. Namun jangan sodorkan pemikiranmu, Sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri. Patut kau berikan rumah bagi raganya. Namun tidak bagi jiwanya, Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu, Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur ataupun tenggelam ke masa lampau. Engkaulah busur asal anakmu. Anak panah hidup, melesat pergi. Sang Pemanah membidik sasaran keabadian, Dia merentangkanmu dengan kuasaNya, Hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat. Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah, sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat, Sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap. * Anakmu bukanlah milikmu,mereka adalah putra-putri sang Hidup,yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau,tetapi bukan dari engkau,mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu Demikian penggalan puisi dari penyair asal Lebanon Kahlil Gibran dalam buku Sang Nabi yang cukup terkenal. Cukup mudah memaknai puisi di atas. Pesan yang ingin disampaikan, seorang anak adalah titipan Tuhan. Sebagai orang tua, kita dititipi Tuhan untuk menjaganya. Layaknya menjaga sebuah titipan, tentu orang tua harus menjaganya. Dengan cara apa, jika tidak bisa memberikan sesuatu yang baik, setidaknya tidak memberikan hal-hal yang buruk atau menyakitkan kepada sang anak. Makna puisi di atas cukup jauh dari beberapa kasus yang mencuat beberapa hari kemarin. Di Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat dan Samarinda, Kalimantan Timur, bagaimana anak diperlakukan jauh dari arti sebuah titipan yang harus dijaga. Apalagi yang menitipkan itu adalah Tuhan. Sungguh terlalu apa yang dilakukan para orang tua yang justru menyiksa, menelantarkan, bahkan membunuh anak sendiri. Jika memaknai puisi di atas, seharusnya orang tua menjaga dengan baik karena memang titipan Tuhan, bukan malah menyiksa, menelantarkan, bahkan membunuhnya. Kita tentu prihatin jika melihat angka yang disodorkan pemerintah bahwa masih ada sekitar 4,1 juta anak yang menghadapi masalah sosial. Masalah sosial di sini adalah anak menjadi korban kekerasan, hidup di jalanan hingga harus berhadapan dengan kasus hukum. Jika semua orang tua di Indonesia ini mampu melaksanakan pesan dari puisi Kahlil Gibran di atas, tentu tidak akan terjadi kasus-kasus seperti di Cibubur maupun di Samarinda. Bahkan bisa jadi tidak ada angka 4,1 juta anak yang terkena masalah sosial. Masalah sosial memang berkembang dinamis. Masalah sosial saat ini tentu semakin kompleks dibandingkan 10 tahun yang lalu. Apesnya, ketika orang tua gagal mengatasi masalah sosial tersebut, yang menjadi korban justru anak-anak. Kehidupan sosial yang semakin mengedepankan materi dan lebih individualistis menjadikan anak sebagi objek sosial bagi orang tua. Artinya, orang tua yang mendapat titipan anak justru menginginkan anaknya tumbuh bukan atas keinginan si anak, tetapi atas keinginan orang tua. Anakanak tumbuh berdasarkan keinginan orang tua, bukan atas keinginan anak itu sendiri. Pemikiran orang tua justru mendominasi pertumbuhan anak. Jika pemikiran orang tua ini tidak berjalan semestinya, lagi-lagi anak yang justru jadi korban. Masih banyak orang tua yang lebih banyak menginginkan anaknya menjadi A, harus pintar sepintar B, harus mampu melakukan C, dan sebagainya. Nah, ada baiknya kita baca lagi penggalan puisi Kahlil Gibran yang merupakan lanjutan penggalan puisi di atas Berikanlah mereka kasih sayangmu,namun jangan sodorkan pemikiranmu,sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri Patut kau berikan rumah bagi raganya,namun tidak bagi jiwanya, sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,yang tiada dapat kau kunjungi,sekalipun dalam mimpimu Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,namun jangan membuat mereka menyerupaimu,sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,ataupun tenggelam ke masa lampau Memaknai puisi Kahlil Gibran hanyalah salah satu pesan bagaimana orang tua harus mendidik anaknya. Masih banyak pesan moral agar orangtua bisa menjaga anaknya tumbuh dengan baiksesuai keinginan kita. Namun dengan satu pesan tersebut, setidaknya akan mencegah terjadinya kasus di Cibubur dan Samarinda.ftr